Cinta yang melibatkan jiwa dan fisik bila tidak dipersatukan bisa menyebabkan penyakit akut yang bisa merenggut nyawa. Maka jangan heran bila ada tragedi memilukan seperti kisah Qais dan Laila dalam Laila Majnun, ataupun Romeo dan Juliet. Di era modern seperti sekarang justru lebih tragis lagi, cinta yang tidak kesampaian ini banyak berakhir di tali gantungan, tepi jurang, rel kereta api, atau di atas dipan dengan mulut berbusa selepas menenggak baygon! Miris, perih memang.
Seperti rasa lapar yang melanda,
bila tidak makan raga bisa mati lemas. Maka nutrisi yang tepat bagi cinta jiwa
dan fisik ini adalah sebuah ikatan suci yang bernama pernikahan. Cinta yang
tidak direstui, cinta yang tidak berujung, atau cinta yang bertepuk sebelah
tangan harus secepatnya dihilangkan dari jiwa. Molekul-molekul cinta yang
meletup-letup tanpa kendali bisa memutuskan akal dan pikiran sehat, jadi secepatnya
harus diobati secara arif dan bijaksana.
Iman di dalam dada adalah navigator
akurat yang mampu mengelola dan mengendalikan perasaan cinta. Saat cinta diterima dan direstui, Iman akan memberi sinyal akan batasan-batasan-nya hingga
tidak melebihi cinta kepada pemilik cinta hakiki, yaitu Allah Swt. Dan bila
cinta tidak berbalas atau tidak direstui, Iman pula yang memberi penguatan dan
penyadaran agar cinta itu bisa terkikis habis, dan siap menerima atau diterima
oleh cinta berikutnya.
Ya, yang kita bicarakan adalah cinta
jiwa dan fisik. Bukan cinta yang hanya melibatkan jiwa, seperti cinta pada
orang tua atau cinta pada anak. Bukan pula cinta yang hanya melibatkan fisik,
seperti hasrat dan libido saat melihat lawan jenis yang berpenampilan sexy. Ini
adalah cinta jiwa dan fisik, cinta yang direstui oleh Rasulullah Saw dengan
jalan pernikahan, Rasulullah bersabda; “Tidak ada yang lebih baik bagi mereka
yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan.”
Ini pula, cinta yang dimanfaatkan
oleh syaitan untuk menuai dosa demi dosa bila tanpa ikatan nikah. Syaitan
sangat benci pada pasangan yang akan menikah, syaitan akan senantiasa
menghembuskan ke-ragu-raguan pada jiwa-jiwa pasangan yang ingin menikah,
menebar ketakutan-ketakutan yang kemudian disebut sebagai sindrom pranikah oleh
kalangan psikolog.
So… Jangan ragu untuk menikah ya..,
Jangan kalah oleh Syaitan ya.., Sob! Hehe ^^
Fahrie Sadah
http://jabanahsadah.blogspot.com
yang punya blog sudah nikah belom ya :D
Lagi jalan menuju kesana, ini juga untuk menguatkan diri sendiri sob.. hehe..^^
oke met, kami tunggu undangannya :D
met jalan menuju ke sana, sob! :)
sore...
Kapan ya bisa nikah..?? #ehh, :-P
Atun, Eksak :: Do'anya ya.. ^^
Mbak Fan :: :-) Sore juga..
ngeri banget ya kalo sampe beakhir di atas kasur dengan mulut berbusa... g mikir banyak tuh
Saleum,
Untung awak sudah jadi suami, hehehe...
Itu yang ane alami sekarang kak. Kadang ragu mau ke jenjang pernikahan. Seakan-akan mentalnya belum kuat.
Mas Huda :: Iya sereem banget .. ho2
Milano :: Jroh that nyan Aduen ^^
Yitno :: Kalau terus nunggu siap, mau sampai kapan Sob? hehe.. Bismillah aja, Allah bersama orang yang berniat baik kok ^^
Menikah muda ya :)
semoga bisa
Amien... ayo menikah selagi muda.. :)
assalamualaikum..bang pa kabar?? Maaf lama tak silaturahim..wah..wah..ceritanya ini kayaknya ada yag mau nikah nih...hehehehe
Waalaikumsalam.. iya maaf juga saya juga dah jarang berkunjung kesana :) Siapa sih yang gk mau nikah? hehe
nice post :D salam kenal yaaaa
indah bangettt cin2 nya
Ternyata cinta juga butuh nutrisi ya ?
Kirain tubuh doang yang butuh nutrisi :D
cinta yang bernutrisi :")
peernikahan memang bukti akan cinta. jika cinta tidak berujung di KUA... brarti cinta hanya sekedar cinta....