Tidak hanya di Indonesia, westernisasi (taghrib) juga melanda negara-negara Arab. Menjajah mulai dari bahasa hingga peradaban mereka. Dalam majlis-majlis ilmu sering kita temui orang yang berbicara Bahasa Arab dengan menyelipkan istilah-istilah Bahasa Inggris. Pada titik ini, Bahasa Inggris menjadi ‘ikon’ intelektualitas, bahkan di dunia Arab sendiri. Karena sering digunakan, istilah dari barat ini banyak yang ber-metamorfosis menjadi Bahasa Arab, ini yang disebut sebagai (ta’rib).
Minggu, 24 April 2011
Siti Rahmah, TKW dan Take a Way
Tidak hanya di Indonesia, westernisasi (taghrib) juga melanda negara-negara Arab. Menjajah mulai dari bahasa hingga peradaban mereka. Dalam majlis-majlis ilmu sering kita temui orang yang berbicara Bahasa Arab dengan menyelipkan istilah-istilah Bahasa Inggris. Pada titik ini, Bahasa Inggris menjadi ‘ikon’ intelektualitas, bahkan di dunia Arab sendiri. Karena sering digunakan, istilah dari barat ini banyak yang ber-metamorfosis menjadi Bahasa Arab, ini yang disebut sebagai (ta’rib).
Minggu, 10 April 2011
Rabu, 06 April 2011
HOBI BERBICARA
Satu lagi karakteristik Bangsa Arab yang mau saya shere adalah HOBI NGOMONG! Mengenai kebiasaan mereka berbasa-basi, sudah pernah saya jelaskan sepintas di sini.
Satu sisi, kegemaran mereka berbicara ini dapat membentuk masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi dan peka terhadap kondisi sosial. Tapi, di sisi lain, kegemaran ngomong ini sering memicu ego tidak mau kalah. Walhasil, debat-debat kusir sering kita temui di mana saja, di pusat perbelanjaan, di jalan, di sekolah, di kampus, di bus kota, bahkan di rumah sakit.
Sabtu, 02 April 2011
Dua Keping Asa
Follow Sadah Twitter@FahrieSadah
Sosok itu berlari melewati gang demi gang. Lehernya turun naik, mengkilat berlumuran keringat dan debu. Tangan kurusnya memegang sebuah bungkusan plastik.
Sosok itu berlari melewati gang demi gang. Lehernya turun naik, mengkilat berlumuran keringat dan debu. Tangan kurusnya memegang sebuah bungkusan plastik.
Hidup keras sudah menemaninya sejak ia lahir. Dikin sama sekali tidak tahu bagaimana sosok orangtuanya. Satu hal yang Dikin yakini, untuk tetap terus hidup ia harus makan, setidaknya dua hari sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)