FollowtwitSadah@FahrieSadah
Aroma itu, Jakarta akan menyambutku dengan guyuran hujan. Pasti saat itu rasanya indah bukan kepalang. Bak kejutan saat ultah, aku akan meresapi basah demi basah yang nyaris setahun tidak kurasakan sampil senyum-senyum sendiri.
Logat-logat cablak itu, menarik-narik paksa, mental kuli terminal. Lama kutertegun, lalu menjerit setelah roda troli sukses menggilas ujung kakiku, ternyata ini semua hampir nyata. Tidak lama lagi aku akan memeluk bandara soeta.
Traffic jam, kebayang! Sejak detik pertama di taxi pasti sudah macet. Aku semakin yakin halusinasi ini memang Jakarta. Debu jalanan, asap knalpot, dan asap rokok berebut tempat di udara, ada juga yang nyasar ke leher supir taxi menjelma menjadi semacam daki.
Jangan ditanya macetnya! Panjang seperti kereta api. Apa enaknya punya mobil kalau jalanan macet? Suara klakson sahut-sahutan dalam irama mesin kendaraan yang tidak pernah putus. Teriakan kondektur memanggil mangsa. Caci maki jalanan saat seorang pengendara mio menggores body avanza. Suara merdu hingga paling cempreng para pengamen jalanan juga terdengar. Ada juga seniman yang pentas drama atau puisi di atas biskota, dan tidak ketinggalan ustaz dadakan yang fasih mengajak do'a bersama sambil menenteng kotak amal untuk bantuan pembangunan mesjid..
Jangan ditanya macetnya! Panjang seperti kereta api. Apa enaknya punya mobil kalau jalanan macet? Suara klakson sahut-sahutan dalam irama mesin kendaraan yang tidak pernah putus. Teriakan kondektur memanggil mangsa. Caci maki jalanan saat seorang pengendara mio menggores body avanza. Suara merdu hingga paling cempreng para pengamen jalanan juga terdengar. Ada juga seniman yang pentas drama atau puisi di atas biskota, dan tidak ketinggalan ustaz dadakan yang fasih mengajak do'a bersama sambil menenteng kotak amal untuk bantuan pembangunan mesjid..
Menurut berita di tivi, manusia di Jakarta tambah membludak, tumpang tindih.. Malah sebagiannya sudah tumpah-ruah di mana-mana. Lihat saja di trotoar, terminal, taman kota, kolong jembatan, tanah kuburan, pelataran toko, area parkir, halaman mesjid, pinggir kali.. ah Jakartaku..
Wajah Jakarta masih sangar seperti dulu gak ya? Sesangar gerombolan preman yang suka memeras penumpang dengan pisau silet. Atau tetap nakal? Seperti kedipan polantas saat seorang pemuda kedapatan menerobos jalur busway. Genit? Seperti goyangan lelaki setengah wanita yang sering beraksi di depan warteg.
Ah, semoga Jakarta makin cantik dan sholehah..
Aroma itu, suara itu, wajah itu, apapun itu .. aku rindu.
Artikel Ke Jakarta aku, kan kembali ... ini diikutsertakan dalam acara My Second Giveaway: Ingin Ke Mana? di Blognya Una.
Posted By: http://jabanahsadah.blogspot.com/
selamat datang kang fahrie...
selamat menikmati wajah jakarta yg full sensasi...
slm bloofers.. ^^
nice mas....saat kita mncintai sesuatu,,maka kita akan melupakan keburukan yg ada pd sesuatu yg kita cintai dan kita rindukan itu..sama halnya dg cnta mas fahri untuk indonesia dan jakarta....^^
keep writing mas....
nice post....
salam kenal ^^
saya belum pernah ke jakarta :)
seperti itukah jakarta???
kalau memang benar seperti itu, saya ingin di aceh saja
ditunggu postingan foto2, dan cerita cerita ;)
kapan ni ke aceh mas fahri, tak tunggu ya mumpung sya masih di sigli hehe
salam persohiblogan ^_^
Thanks All ...
kl mnrt sy Jakarta itu kota yg bisa menyatukan 2 perasaan, yaitu Cinta & benci.. ^^
Ka2kin :: Tepat sekali, kedua rasa itu pernah aku alami, hehe
Sepertinya Jakarta mah akan selalu sangar.
Tapi akunya nggak lah ya, hihi.
Wah kirain mau ke Jakarta mau ketemu aku mas @_@
Wkwkwk...
Segera kucatat~
aku belum pernah kejakarta t..cuma lihat di tipi.
kayaknya kalau mau menetap dijakarta mikir panjang dulu.
Una :: Iya mau ketemu kamu, mau bawa soun raksasa buat kamu^^
Yura :: Awas ntar kecantol cowok jakarta lho.. hehe
Ehhh Shaun? Tak tunggu beneraaan lhooo ahahahaha~
Ssstt...! #nyogokbiarmenanghihihi..^^
yeeee, mana dulu sini shaunnya baru tak menangin ahahaha